Tuesday, February 12, 2008

A SKRIPSI OR A THESIS ?

Kalau anda bertanya apa yang paling mengesankan buat saya selama kiliah di FKIP Universitas Mataram, jawaban saya pasti salah satunya menulis skripsi. Kok bisa ? Biasanya bagi kebanyakan orang, menulis itu tidak begitu menyenangkan apalagi menulis sesuatu dengan ilmiah seperti skripsi. Ya, saya kira begitu. Tapi yang ini lain. Yang satu ini sangat spesial paling tidak buat saya pribadi. Selain yang mau menulis skripsi waktu itu hanya segelintir mahasiswa, skripsi saya tersebut mungkin bisa menjadi karya ilmiah yang paling 'monumental' sepanjang sejarah perskripsian di kampus putih tersebut.

Sudah sangat lazim tentunya bagi setiap mahasiswa yang baru belajar menulis ilmiah atau mau menulis skripsi untuk selalu melihat atau mempelajari model-model skripsi yang telah ditulis oleh kakak-kakak tingkat kita sebelumnya. Biasanya dari melihat-lihat atau sekedar membaca judul skripsi itu kita mendapatkan ide untuk meneliti sesuatu yang baru yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi. Maka suatu ketika saya datanglah ke perpustakaan untuk membongkar koleksi berbagi jenis skripsi tersebut. Karena jurusan saya bahasa Inggris, maka skripsi-skripsi yang ditulis dalam bahasa Indonesia saya singkirkan. Saya hanya mengumpulkan skripsi-skripsi yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selanjutnya setiap kali saya membuka skripsi-skripsi itu saya selalu mulai dengan membaca halaman judulnya. Saya berharap dengan membaca judul-judul skripsi tersebut saya bisa memporoleh inspirasi baru untuk menentukan bidang apa yang mau saya teliti atau tulis.

Harapan saya terkabul setelah berminggu-minggu saya 'mengobrak abrik' tumpukan skripsi-skripsi itu. Sebuah skripsi dengan judul "A Descriptive Study on Students' Errors in Pronuncing Fricative Consonants in English" tulisan Nasyirul Khairi telah menginspirasikan saya untuk meneliti hal yang hampir sama. Kalau Nasyirul Kahiri memfokuskan penelitiannya pada kesalahan mengucapkan konsonan-konsonan frikatif dalam bahasa Inggris maka saya menyoroti kesalahan menggunakan 'copula' dalam bahasa Inggris tertulis. Filosfi yang menadasari hal tersebut tidak berbeda, sama-sama berangkat dari sebuah asumsi Fries dan Lado dalam melihat bagaimana bahasa yang satu dan yang lainnya saling mempengaruhi [language interference].

Singkat cerita, mulailah saya meneliti dan menulis dengan modal yang sangat terbatas-baik modal finasial maupun modal ilmu tentang penelitian dan penulisan ilmiah. Dari pembuatan proposal hingga pelaksanaan penelitian, saya hampir tidak menemukan masalah yang berarti. Saya selalu bisa melewatinya dengan suasana yang cukup menyenangkan. Apa yang saya tuangkan dalam konsep rencana penelitian tersebut selalu mendapat persetujuan dari ketiga dosen pembimbing saya. Demikian pula dengan proses ijin penelitian dan pelaksanaannya.

Tapi perasaan menyenangkan ini tidak bertahan begitu lama. Masalah mulai muncul ketika penulisan laporan hasil penelitian yang diwujudkan dalam bentuk skripsi tersebut mulai saya kerjakan. Ketika saya datang untuk berkonsultasi dengan dosen pembimbing utama saya, salah satu kata dari judul skripsi tersebut harus diubah. Kata yang tadinya tertulis ‘THESIS’ harus diganti dengan ‘SKRIPSI’. Pada mulanya saya sangat keberatan karena semua skripsi kakak-kakak tingkat saya di FKIP yang sudah pernah saya baca saat itu selalu menyebut skripsi dengan ‘thesis’. Tak satupun dari skripsi-skripsi itu bertuliskan A SKRIPSI di halaman sampul atau judulnya, tetapi selalu ditulis A THESIS. Fakta ini saya sampaikan kepada dosen pembimbing utama saya tersebut tetapi beliau tetap bersikeras meminta saya untuk menggantikannya padahal saya juga sudah menjelaskan kalau ‘skripsi’ itu kata dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris.

Ketika draf skripsi saya tersebut telah jadi dan siap diujikan, saya kembali datang kepada dosen pembimbing utama saya tersebut untuk melakukan konsultasi untuk kesekian kalinya. Bagian judul tidak saya ubah karena mustahil bagi saya untuk menuliskan A SKRIPSI di halaman karya tulis saya yang berbahasa inggris tersebut. Tapi kenekatan saya itu menjadi bumerang bagi saya. Beliau mengancam tidak akan pernah mau menandatangani skripsi tersebut jika kata A THESIS masih juga dicantumkan dalam karya tulis tersebut walaupun semua skripsi berbahasa Inggris kakak-kakak tingkat saya di FKIP yang pernah saya baca waktu itu dinamakan A THESIS. Dalam kondisi terpojok saya juga belum mau menyerah walaupun ketika berhadapan dengan beliau saya mengatakan kalau kata tersebut akan saya ganti dengan A SKRIPSI.

Sebenarnya saya sudah tau kalau ‘thesis’ itu diperuntukkan sebagai persyaratan kelulusan mahasiswa pada program paska sarjana tapi saya juga tidak tahu pasti apa istilah bahasa Inggris yang paling tepat untuk menggantikan skripsi tersebut. Dosen pembimbing utama saya juga tidak memberikan alternatif lain selain A SKRIPSI. Demikian pula dengan pembimbing yang lainnya yang cenderung mengiyakan apa yang disampaikan oleh dosen pembimbing utama saya. Karena tidak punya pilihan lain akhirnya jadilah karya tulis itu dinamakan A SKRIPSI bukan A THESIS atau A … yang lainnya. Inilah karya saya yang paling monumental dalam pekerjaan menulis yang pernah saya lakukan. Bagimana kawan-kawan lainnya ? Mungkian ada pengalaman menarik soal ini ?