Monday, August 18, 2008

SEBUAH REFLEKSI : SEKOLAH "KOTAK SABUN" YANG ISTIMEWA


Terus terang, saya sangat salut sekaligus 'iri' melihat kemajuan yang diraih oleh SMK TI Samarinda. Sejak saya belum bergabung dengan 'saudara tuanya' di Balikpapan saya telah menjadi pengamat setia sekolah ini. Saya benar-benar kepincut dengan prestasi yang diraih selama ini. Berulang kali saya bertanya, apa sih 'resep' mereka [baca:pengelolanya] sehingga sekolah tersebut bisa seperti ini ? Tapi sampai saat ini saya belum menemukan 'resep' yang jitu itu.

Ketika beberapa kali saya ditugasi menjadi juri LKS Tingkat Nasional, saya sering ketemu dengan guru pendamping siswa-siswinya yang mewakili Kaltim pada event tersebut. Karena saya pengamat setia sekolah 'kotak sabun' tersebut saya coba cari tau rahasianya. Dari cara bicara dan isi pembicaraannya, saya bisa memastikan kalau guru-guru di sekolah yang juga dijuluki 'lorong penjara' tersebut bukan orang biasa. Mereka begitu PD, trengginas dan selalu mencerminkan rasa bangga atau setidaknya aura kebanggaan itu muncul dari wajah mereka ketika mereka memposisikan dirinya sebagai guru di sekolah tersebut. Dalam pandangan saya, mereka begitu 'smart', 'dedicated' dan kecerdasan itu mereka tumpahkan sepenuhnya bagi sekolah mereka. Sungguh sebuah dedikasi dan totalitas yang jarang saya temui pada kawan-kawan guru yang lainnya. Inilah hipotesa sementara saya saat itu bahkan sampai saat ini, tentang resep jitu mengapa sekolah yang dikomandani oleh seorang jebolan amerika tersebut bisa seperti sekarang ini.


Makanya, ketika setahun yang lalu saya diberi kesempatan untuk menangani 'saudara tuanya' di Balikpapan, salah satu impian besar saya adalah mengikuti jejak 'adik kandungnya' yang sampai saat ini masih menjadi buah bibir para praktisi pendidikan SMK di Kalimantan Timur. Langkah saya yang pertama tentu sejalan dengan hipotesa yang telah saya buat terkait resep jitu yang dipakai SMK TI Samarinda dalam melecut prestasi sekolahnya. Apalagi kalau bukan DEDIKASI dan TOTALITAS dari seluruh elemen, terutama para guru yang terlibat dalam sekolah yang baru saja saya tangani tersebut. Saya benar-benar tergoda untuk menerapkan hipotesa itu dan melihat seluruh karyawan dan guru saya dengan penuh dedikasi dan totalitas melayani siswa-siswinya untuk sebuah prestasi yang gemilang. Saya ingin sekali melihat para guru saya begitu bangga menyebut dirinya sebagai guru SMK Airlangga Balikpapan. Saya mimpi melihat mereka tampil cerdas, trengginas dan penuh dedikasi. Dengan demikian saya bisa berharap banyak kepada mereka untuk mau memberikan apa saja yang bisa diberikan untuk kemajuan prestasi siswa-siswinya. Saya mimpi melihat mereka datang ke sekolah sebelum siswa-siswinya tiba di sekolah dan pulang setelah siswa-siswinya meninggalkan gerbang sekolah. Saya juga mimpi melihat guru-guru saya melakukan hal yang sama seperti yang telah saya lakukan; menyambut siswa-siswinya dengan senyuman di ujung gerbang sekolah, tak henti-hentinya memompa motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik selama mengikuti pelajarn di sekolah dan mengantarnya kembali ke tempat itu saat mereka pulang. Sungguh sebuah pemandangan yang luar biasa !


Pertanyaanya, bagaimana membuat agar guru-guru saya mau melakukan itu semua ? Apa gerangan yang perlu dilakukan agar mereka tampil seperti persepsi saya terhadap guru-guru sekolah 'kotak sabun' itu; begitu bangga dengan keberadaannya, cerdas, trengginas, penuh dedikasi dan totalitas ? Setahun ini berbagai terobosan telah dilakukan. Tapi hasilnya belum begitu menggembirakan. Mungkin terlalu singkat untuk mengukur sebuah keberhasilan, apalagi parameternya sebuah perubahan sikap. Saya percaya, perubahan itu pasti akan tampak pada saatnya nanti sepanjang pengambil kebijakan tertinggi mau dan tetap mendukung terobosan-terobosan yang telah dan akan dilakukan. Namun sayang, saya tidak berada pada posisi tersebut.


Balikpapan, 19 Agustus 2008

Syamsul Aematis Zarnuji