Saturday, November 19, 2011

POLITEKNIK YANG UNIK (3) : Ada 19 APPLAUSE di Wisuda Politeknik Balikpapan


Aku fikir keunikan yang membuat lembaga pendidikan yang satu ini begitu istimewa di mataku sudah tidak ada lagi. Eh.. ternyata aku salah. Buktinya aku dibuat tercengang dengan yang satu ini. Ada sembilan belas tepuk tangan yang aku dengar dan saksikan selama mengikuti prosesi wisudanya yang ke VII yang baru saja usai digelar beberapa jam yang lalu ! Ya…. jumlah itu persis sama dengan tanggal penyelenggraan ajang tahunan itu ! Aku tidak tau apakah kesamaan ini hanya faktor kebetulan saja atau aku yang salah menghitung. Tapi yang jelas aku tetap terpana dengan jumlah tepuk tangan itu.

Aku sudah sering mengikuti ajang seremonial seperti ini. Tapi sangat jarang bahkan belum pernah rasanya aku mendengar tepuk tangan sebanyak itu. Untuk acara yang digawangi oleh pentolan bidang kepegawaian Politeknik Negeri Balikpapan ini, aku harus angkat topi. Bayangkan, acara baru saja berjalan sekitar lima menit, ruangan wisuda itu sudah bergemuruh. Tepuk tangan mulai terdengar setelah lagu Indonesia Raya dan Hymne Balikpapan dinyanyikan. Sebagai mantan Bintang Radio & Televisi (BRTV) RRI Mataram Tahun 1989 dalam lagu keroncong yang cukup mengerti tentang nada, aku harus memberikan nilai 9 kalau 10 terlalu sempurna buat adik-adik mahasiswa yang menyayikan kedua lagu tersebut. Sungguh ! Kemerduan, gegap gempita dan kekompakan suara mereka benar-benar mampu melucuti semangat heroisme dan bangga menjadi anak Indonesia dan warga Balikpapan dari persembunyiannya dalam bilik hatiku. Aku tidak tahan untuk sekedar mengetahui orang dibalik kehebatan mereka. “Siapa ya yang melatih anak-anak itu ?”, tanyaku kepada seorang tamu undangan yang kebetulan juga seorang dosen Politeknik Negeri Balikpapan yang duduk di sampingku. “Oh… itu didatangkan dari luar pak”, jawabnya. Aku hanya menganggukkan kepala tanpa memberi komentar apapun soal itu.

Tepuk tangan itu ternyata masih berlanjut. Beberapa datang dari serpihan saat-saat yang tidak begitu aku ingat. Yang lainnya hadir ketika direktur yang baru lembaga yang pertamakali diinisiati pendiriannya oleh komunitas SMK di kota Balikpapan itu menyampaikan sambutannya. Aku melihat para undangan memberikan tepuk tangan yang meriah ketika pak direktur menyampaikan ucapan terimakasihnya yang tulus kepada sahabatku yang baru saja digantinya. “Atas pengabdiannya, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Saya mohon kepada Bapak Totok Sulistyo, ST, MT untuk berdiri”. Seperti itulah kurang lebih ungkapan tulus pak direktur kepada orang yang digantikannya atas perannya sebagai pengendali pucuk pimpinan lembaga itu sebelumnya. Rasanya aku ingin sekali memberikannya ‘standing ovation’ ketika mantan direkturku itu diminta berdiri diantara para hadirin di barisan depan. Ada keihlasan saling memberi dan menerima disana. Solute ! Itulah kata yang paling pantas aku berikan atas ketulusan mereka berdua.

Diantara sekian momen yang paling banyak menyita perhatian, tanpa keraguan aku harus mengakui kepiawaian walikotaku meracik kata-katanya untuk itu. Coba bayangkan, dalam setiap 1-2 menit sambutan yang disampaikannya, orang yang dulu berprofesia sebagai wartawan ini mampu menghadirkan tepuk tangan dan suasana riuh rendah dari para undangan yang mendengar ‘orasinya’. Apalagi ketika dia memafarkan rencana pembangunan mega proyek pendidikan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di kota Balikpapan, aku menyaksikan gemuruh tepuk tangan yang luar biasa. Tapi kemudian dia mampu membuat suasana begitu hening dan perasaan haru serta merta menyelimuti ruangan itu manakala ia berbagi kesedihannya tentang anak-anak yang terpinggirkan dari akses pendidikan di kota yang dipimpinnya. Tanpa menggunakan teks seperti kebanyakan pejabat yang aku lihat di negeri ini, dia begitu lihai berdiksi dan memilih kata-kata yang begitu dekat dengan pendengarnya. Rasanya aku belum pernah mendengar seorang pejabat di negeri ini yang selalu konsisten menggunakan kata ‘sampaian’ kepada pejabat lain dan para hadirin yang mendengarnya dalam acara-acara seresmi ini. Inilah salah satu diksi yang menjadi cirri khasnya yang membuat dia tidak berjarak dengan orang-orang disekitarnya. Hmmm… aku mahfum. Dia memang mantan wartawan. Tetapi dimataku, ia tetaplah seorang pemilih dan perangkai kata yang ulung seperti halnya sang maestro otodidak Dahlan Iskan sampai saat ini.

Aku juga terhenyak ketika beberapa menit kemudian ruangan yang berisi hampir ribuan orang tersebut bergemuruh manakala seorang alumni terbaik yang baru saja diwisuda melakukan presentasi tugas akhirnya dalam bahasa Inggris. Aku terpana bukan karena bahasa Inggrisnya yang lancar dan akurat karena memang bukan demikian adanya. Aku mencatat setidaknya masih ada, kalau tidak mau desebut banyak, diksi-diksi yang terasa Indonesia [baca: Indonesian sounds]serta tata bahasanya yang masih ringkih tentu untuk ukuran pengguna bahasa Inggris seperti aku. Tetapi aku tetap saja dibuat kagum olehnya. Konfidensi dan naturalisasi berbicara di depan publik alumni yang satu ini patut aku acungi kedua jempolku. Dia tidak grogi dan samasekali tidak menunjukkan inferioritas di depan para pejabat dan hampir ribuan undangan yang menyaksikannya. Oh… dear, seandainya aku punya perusahaan, aku akan melamarnya. Bukan dia yang melamarku. Begitulah, tepuk tangan ini terus saja terdengar hingga hajatan itu berakhir.

Aku tau pasti ada yang bertanya; apa pentingnya sih menghitung tepuk tangan-tepuk tangan itu ? Apa sih makna yang ada dibalik tepuk tangan-tepuk tangan itu dan apa hubungannya dengan acara seremonial seperti ini ? Kalau aku ada waktu aku akan menulisnya di lain waktu. Selamat datang Bapak Direktur Politeknik Negeri Balikpapan, selamat kepada para wisudawan/wisudawati dan selamat juga kepada para penyelenggara ajang tahunan ini ! Bersambung ……. 

Balikpapan, 19 November 2011
Salam Jabat Erat !

SYAMSUL AEMATIS ZARNUJI
szarnuji@yahoo.com
www.zarnuji.blogspot.com
www.myvirtualviews.wordpress.com