Saturday, April 22, 2006

BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA KEDUA DI KOTA BALIKPAPAN

Wacana menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan yang dikemukakan oleh walikota Balikpapan beberapa waktu yang lalu telah memunculkan berbagai tanggapan dari berbagai pihak. Ada yang melihatnya sebagai sebatas wacana saja yang mustahil diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak sedikit pula yang melihatnya sebagai sesuatu yang patut didukung mengingat potensi yang dimiliki oleh kota Balikpapan sebagai kota jasa dan industri serta pintu gerbang propinsi Kalimantan Timur bahkan pulau Kalimantan menuntut adanya penguasaan komunikasi tidak hanya antar kota atau wilayah di Indonesia tetapi juga antar negara. Pertanyaannya kemudian, mungkinkah hal tersebut bisa diaktualisasikan dan apa saja langkah-langkah yang harus diambil oleh pemerintah dan masayarakat kota Balikpapan untuk merealisasikan ide tersebut ?

BAHASA DALAM KONTEKS FILOSOFIS AKADEMIK
Sering sekali publik dibingungkan oleh penggunaan istilah first language, second language dan foreign language. Jika diterjemahkan secara harfiah istilah-istilah tersebut secara berturut-turut menjadi bahasa pertama, bahasa kedua dan bahasa asing.
Dalam konteks filosofis akademik, bahasa pertama diinterpretasikan sebagai bahasa yang pertama kali dipelajari atau dikomunikasikan sejak seseorang dilahirkan. Bahasa pertama ini biasanya tidak diperoleh melalui pembelajaran secara formal tapi diakusisi secara alamiah dari lingkungan dimana seseorang berada. Dalam bahasa Inggris penyebutan bahasa pertama atau first language juga sering diganti dengan istilah mother tongue atau bahasa ibu. Di beberapa kota besar di Indonesia seperti kota Balikpapan misalnya, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa pertama bagi kebanyakan keluarga mengingat latar belakang mereka yang sangat heterogen sehingga bahasa daerah, yang bagi sebagian orang bisa saja menjadi bahasa pertama mereka, tidak digunakan lagi.
Bahasa kedua atau second language adalah bahasa yang dipelajari atau dikomunikasikan setelah bahasa pertama. Biasanya bahasa kedua ini dipelajari secara formal di bangku sekolah dan menjadi salah satu pilihan dalam berkomunikasi selain bahasa pertama. Masyarakat Indonesia pada umumnya mengkomunikasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mengingat sebagian besar dari mereka hidup di pedesaan yang sejak dilahirkan hingga masuk sekolah sehari-harinya berkomunkasi dalam bahasa daerah dimana mereka tinggal. Namun demikian tak sedikit pula dari mereka yang mengkomunikasikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka dan menempatkan bahasa asing atau foreign language sebagai bahasa kedua mereka. Salah satu bahasa asing dimaksud adalah bahasa Inggris.
Menyimak uraian di atas, cukup jelas kiranya bahwa bahasa pertama dan bahasa kedua memiliki perbeadaan yang cukup signifikan terutama pada urutan dan cara pembelajarannya. Sedangkan istilah bahasa asing sering kali digunakan untuk mengganti penggunaan istilah bahasa kedua demikian pula sebaliknya, walaupun ada juga sebagian kalangan yang memberi perbedaan yang sangat tipis pada kedua terminologi tersebut.

BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA KEDUA
Berdasarkan pemahaman terhadap apa sesungguhnya bahasa kedua atau second language tersebut maka tidak ada kata tidak mungkin untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua terlebih lagi di kota Balikpapan. Hal ini sekali lagi apabila dilihat dari sudut pandang filosofis akademik yang dimiliki oleh bahasa tersebut, bukan dari seberapa banyak dan seberapa sering sebuah komunitas mengkomuniksikan bahasa dimaksud karena memang hal tersebut di luar dari koridor pendefinisian istilah second language yang telah diuraikan sebelumnya. Ketika sebuah komunitas mempelajari dan/atau mengkomunikasikan bahasa Inggris sebagai salah satu pilihan setelah bahasa pertama yang bersangkutan, maka sesungguhnya bahasa Inggris tersebut telah menjadi second language atau bahasa kedua mereka dan itulah yang bisa kita lihat saat ini. Cukup banyak putra-putri kita, bapak-bapak pejabat kita, para praktisi bisnis, kalangan professional dan publik pada umumnya berlomba-lomba mengasah kemampuan komunikasi bahasa Inggris mereka di berbagai kursus atau lembaga pelatihan di kota tercinta ini. Adalah sebuah bukti nyata bahwa sesungguhnya bahasa Inggris tersebut telah menjadi bahasa kedua bagi mereka setelah bahasa Indonesia.
Terlepas dari itu semua, yang menjadi permasalahan kemudian adalah seberapa banyak warga Balikpapan yang mampu mengkomunikasikan bahasa Ingris tersebut dengan aktif ? Sudah optimalkah bahasa tersebut digunakan dalam berbagai aktifitas baik di lingkungan formal maupun non formal ? Kalau itu tolok ukur yang dipakai oleh pemerintah atau publik pada umumnya sehingga bahasa Inggris tersebut dapat dikatakan sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan maka perlu kiranya pemerintah memikirkan dan melakukan berbagai pendekatan dan langkah-langkah strategis guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pemakaian bahasa Inggris tersebut di kota Balikpapan.

PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA KEDUA DI KOTA BALIKPAPAN
Bila tolok ukur penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan adalah terletak pada seberapa banyak warganya yang mampu mengkomunikasikan bahasa tersebut baik dalam kegiatan formal maupun non formal serta seberapa sering bahasa tersebut dipakai dalam kegiatan-kegiatan dimaksud, maka patut kita merasa bersedih bahwa dari hampir 500 ribu penduduk kota Balikpapan, dipastikan bahwa tidak sampai 5 % dari penduduknya yang mampu mengkomunikasikan bahasa Inggris tersebut dengan aktif (Dalam berbagai referensi diprediksi bahwa seseorang yang mengkomunikasikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau asing akan mampu mengkomunikasikan bahasa tersebut secara aktif dalam kehidupan sehari-hari mereka apabila mereka mampu memperoleh nilai minimal 500 untuk PBT TOEFL atau kurang lebih 625 untuk TOEIC). Di kalangan masyarakat terdidik khususnya, hasil survey menunjukkan bahwa kurang dari 10 % dari 100 responden yang telah diuji kemampuan bahasa Inggrisnya yang dikategorikan mampu mengkomunikasikan bahasa tersebut dengan aktif. Yang lebih menyedihkan lagi adalah dialami oleh mereka-mereka yang memiliki tugas mengajar disiplin ilmu tersebut yang seharusnya memiliki tingkat penguasaan komunuikasi bahasa dimaksud jauh lebih baik daripada golongan masyarakat lainnya. Hasil pengujian bahasa Inggris dengan menggunakan tes berstandar internasional; Test of English for International Communication – TOEIC bagi 172 guru bahasa Inggris SD, SLTP dan SLTA se-kota Balikpapan menunjukkan bahwa hanya 18 orang atau 10,45 % dari mereka yang dikategorikan mampu menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan aktif. Hal ini memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan kondisi siswa yang menjadi bagian integral dari proses pembelajaran bahasa tersebut. Dari 6.275 siswa SLTA tingkat akhir kota Balikpapan yang diuji profisiensi bahasa Inggrisnya dengan menggunakan tes yang sama dari tahun 2001 hingga 2005, ditemukan bahwa hanya 327 siswa yang mampu meraih nilai 625 ke atas atau setara dengan 5,21 % (Sumber : English Training & Testing Center - ETTC Kota Balikpapan, 2005).
Dalam hal intensitas penggunaan bahasa tersebut di lingkungan masyarakat dan pemerintah kota Balikpapan pun masih jauh dari yang diharapkan. Tidak jarang ditemukan berbagai fasilitas publik, dokumen-dokumen pemerintah, perangkat-perangkat pendidikan dan pelatihan serta acara-acara resmi yang bertaraf internasional sekalipun tidak dilengkapi dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pendamping bahasa nasional kita. Padahal diyakini bahwa hal tersebut bisa secara tidak langsung memotivasi dan mendukung seseorang untuk menguasai dan mengkomunikasikan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tidak hanya itu, Balikpapan sebagai pintu gerbang pulau Kalimantan sekaligus sebagai kota jasa dan industri dimana mobilisasi warga asing baik untuk keperluan bisnis maupun darmawisata relatif cukup tinggi, penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua tentu akan sangat membantu memperlancar segala urusan mereka, dan yang tak kalah penting adalah hal ini tentu akan mampu memberi pencitraan yang luar biasa dan pada akhirnya akan meninggalkan kesan tersendiri bagi pengunjungnya.
Apabila seperti itu keadaannya, cukup rasionalkah kita berharap jika bahasa Inggris tersebut akan mampu memposisikan dirinya sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan ? Hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk segera dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat kota Balikpapan dalam rangka mewujudkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua ?
POTENSI INTERNAL DAN EKSTERNAL
Melihat potensi internal dan eskternal yang dimiliki oleh kota Balikpapan, rasanya tidak ada alasan bagi siapapun untuk merasa pesimis dalam rangka menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan. Ada beberapa potensi internal yang dimiliki oleh kota tersebut, antara lain;
1. Balikpapan adalah pintu gerbang Kalimantan Timur, bahkan pulau Kalimantan. Posisi dan peran strategis kota tersebut tentu akan mampu membuat frekwensi interaksi antar masyarakat lokal dan internasional dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Dengan demikian, kondisi ini akan mendorong masyarakatnya untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang pada akhirnya akan mempercepat proses pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan.

2. Balikpapan adalah sebuah kota jasa dan industri dimana terdapat banyak sekali perusahaan nasional, multinasional dan asing yang melakukan berbagai aktifitas bisnis baik yang berskala lokal, nasional maupun internasional. Dalam konteks penyelenggaraan bisnis berskala internasional, penggunaan bahasa Inggris menjadi sebuah keharusan bagi semua pihak yang terlibat pada sektor dimaksud. Dengan demikian kondisi tersebut akan mendorong percepatan pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan.

3. Bahasa Inggris telah menjadi mata pelajaran wajib bagi seluruh siswa pada sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah tingkat atas, yang kedudukannya sejajar dengan bahasa Indonesia dan pelajaran-pelajaran wajib lainnya. Dengan demikian, proses penguasaan bahasa tersebut menjadi suatu keharusan bagi setiap siswa sehingga hal ini akan mempercepat proses pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan.

4. Partisipasi atau animo masyarakat Kota Balikpapan untuk mengikuti berbagai kursus bahasa Inggris cukup tinggi. Data menunjukkan bahwa dari 100 penduduk kota Balikpapan pada lingkup masyarakat berpendidikan dan memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas , kurang lebih 31.22 % pernah dan atau masih aktif mengikuti kursus-kursus dimaksud di berbagai lembaga pelatihan di Kota Balikpapan (Sumber : English Training & Testing Center - ETTC Kota Balikpapan, 2005).

5. Kota Balikpapan memiliki sejumlah lembaga pelatihan swasta yang memfokuskan diri pada kursus-kursus bahasa Inggris. Keberdaan lembaga-lembaga tersebut memberikan andil yang cukup signifikan terhadap percepatan penguasaan dan atau penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Kota Balikpapan.

6. Pemerintah Kota Balikpapan memiliki komitmen yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bahasa Inggris di kota Balikpapan. Salah satu indikasi dari hal tersebut adalah dengan dilaksanakannya program pengiriman guru-guru bahasa Inggris ke Australia untuk mengikuti pelatihan Intensive English & TESOL Program di University of Southern Queensland Australia beberapa waktu yang lalu.

Disamping potensi internal, kota Balikpapan juga memiliki potensi eksternal yang bisa menjadi salah satu aspek pendukung program pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota tersebut. Salah satu dari potensi-potensi tersebut adalah adanya kebijakan pemerintah pusat yang memberikan otonomi seluas-luasnya kepada pemerintah daerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan segala bentuk sumber daya yang dimilikinya dalam rangka memajukan daerah atau wilayahnya masing-masing. Konsekwensi logis dari kebijakan tersebut adalah adanya kewenangan pemerintah daerah untuk menata dan atau mengelola sistem dan perundang-undangan di daerah masing-masing agar dapat memberi kontribusi positif bagi pembangunan daerah tersebut, termasuk di dalamnya bagaimana mendisain sebuah sistem pengimplementasian pendidikan dan pelatihan bahasa Inggris yang mampu mengakomodir kepentingan masyarakat di wilayah atau daerah dimaksud termasuk peluang untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan.

TANTANGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL
Dalam mengimplementasikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan, ada beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan sekaligus menjadi tantangan bagi penyelenggara pemerithan khusunya dan masyarakat kota Balikpapan pada umumnya baik secara internal maupun eksternal, antara lain ;
1. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bahasa Inggris di kota Balikpapan masih relatif rendah bila dibandingkan dengan tingkat ekspektasi masyarakat terhadap sistem pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta output yang dihasilkan dari proses tersebut.

2. Ketersediaan fasilitas pendukung yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa Inggris masih belum memadai. Oleh karena itu, hal ini bisa saja menjadi salah satu kendala dalam rangka mengimplementasikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan.

3. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap pemaknaan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua sehingga menyebabkan munculnya perasaan apriori dan skeptis terhadap kemungkinan pengimplementasian bahasa tersebut sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan.

4. Tingginya ekspektasi masyarakat pada umumnya serta dunia usaha dan industri khususnya terhadap penguasaan komunikasi bahasa Inggris baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan profesi masing-masing.

5. Bahasa Inggris telah menjadi bahasa internasional yang dikomunikasikan oleh sebagian besar penduduk dunia dalam melaksanakan berbagai kegiatan baik kegiatan pendidikan, politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Oleh karenanya tuntutan akan penguasaan bahasa Inggris tersebut menjadi sangat tinggi.
6. Bahasa Inggris telah menjadi pilihan kedua setelah bahasa Indonesia bagi sebagian besar masyarakat kota Balikpapan. Hal ini berarti bahwa skala prioritas pembelajaran dan atau penguasaan bahasa inggris menjadi sangat penting.

STRATEGI IMPLEMENTASI
Memperhatikan tingginya potensi yang dimiliki oleh kota Balikpapan bila dibandingkan dengan tantangan atau kelemahan yang dimilikinya maka peluang untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan sangatlah terbuka. Namun demikian, untuk mempercepat terealisasinya gagasan tersebut, berikut ini adalah beberapa hal yang patut dipertimbangkan untuk segera dilakukan oleh pemerintah dan masayarakat kota Balikpapan pada umumnya guna mendukung wacana tersebut.
1. Pemerintah hendaknya segera memberikan payung hukum yang bisa mendorong bahkan jika mungkin mengikat semua warga kota Balikpapan untuk mempelajari dan/atau memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti acara-acara resmi yang dihadiri oleh tamu asing, kegiatan pendidikan dan pelatihan, seminar, konferensi, penulisan dokumen-dokumen resmi pemerintah, pemberian nama-nama tempat atau fasilitas umum, peta kota (city map/directory), tanda penunjuk jalan atau arah dan lain sebagainya. Payung hukum tersebut bisa saja dalam bentuk surat keputusan walikota atau dituangkan dalam bentuk peraturan pemerintah daerah (PERDA). Pemberlakuan aturan berkomunikasi dan pengadaan media dan pemberian nama fasilitas-fasilitas publik dalam bahasa Inggris seperti yang telah diuraikan di atas secara tidak langsung akan memotivasi sekaligus membantu warga kota Balikpapan dalam menguasai dan mengkomunikasikan bahasa tersebut baik dalam kehidupan formal maupun kegiatan sehari-hari mereka.
2. Masukkan pembiayaan pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan dalam anggaran belanja daerah setiap tahun. Anggaran tersebut utamanya diperuntukkan bagi penyediaan fasilitas pendukung program tersebut serta pendidikan dan pealatihan bahasa Inggris bagi guru bahasa Inggris dan non bahasa Inggris, personil pemerintah dan warga kota Balikpapan pada umumnya.
3. Tingkatkan status serta optimalkan keberdaan Pusat Pelatihan dan Pengujian Bahasa Inggris (English Training & Testing Center) Kota Balikpapan sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab lembaga tersebut sebagaimana tertera dalam surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Balikpapan nomor : 291/26.16/MNz/2005, tanggal 5 Maret 2005.
4. Bangun Digital English Library - DEL atau Public English Self Access Center-PESAC yang bisa diakses secara cuma-cuma dan mandiri oleh warga kota Balikpapan.
5. Berdayakan 30 peserta alumni program pendidikan Intensive English & TESOL Program yang telah dilaksanakan di University of Southern Queensland-Australia beberapa waktu yang lalu dengan cara menugaskan mereka sebagai tentor bagi para guru bahasa Inggris di kota Balikpapan yang belum mencapai standar profisiensi dan kompetensi yang telah ditetapkan.
6. Laksanakan pelatihan bahasa Inggris reguler secara berjenjang sesuai dengan urgensitas masing-masing bidang mulai dari pengambil keputusan dalam hal ini personnel pemerintah, pelatih atau guru bahasa Inggris, pengelola lembaga-lembaga pealtihan dan masyarakat kota Balikpapan pada umumnya.
7. Tingkatkan pemberdayaan Forum Diskusi Bahasa Inggris Kota Balikpapan atau Balikpapan English Teachers Discussion Forum yang telah dibentuk oleh 150 guru bahasa Inggris se-kota Balikpapan beberapa waktu yang lalu dengan melakukan berbagai diskusi bahasa Inggris sesering mungkin.
8. Bentuk Balikpapan English Society - BES, sebuah wadah yang dibangun oleh dan untuk komunitas masyarakat Balikpapan yang perduli akan urgensitas penggunaan bahasa Inggris baik di tempat kerja maupun di dalam kehidupan sehari-hari mereka.
9. Lakukan program Penginterpretasian/Pengalihbahasaan Dokumen - Dokumen Resmi yang biasa digunakan di dalam Lembaga Pendidikan dan Pelatihan serta kepemerintahan ke dalam bahasa Inggris.
10. Lakukan pemasangan nama-nama tempat dan atau fasilitas pelayanan publik di lembaga-lembaga pendidikan, kantor-kantor pemerintah, jalan raya dan tempat-tempat umum di kota Balikpapan dalam 2 (dua) bahasa; Indonesia dan Inggris.
11. Dirikan ‘English Self Access Center-ESAC’ di setiap sekolah di Kota Balikpapan.
12. Optimalisasikan keberadaan instansi asing dan/atau pekerja asing (expatriate) sebagai salah satu sumber belajar bagi peningkatan dan kualitas dan mutu pendidikan bahasa Inggris di kota Balikpapan.
13. Lakukan Penerbitan berbagai sumber belajar bahasa Inggris dan bidang-bidang keahlian lainnya dalam bahasa Inggris, dan
14. Canangkan hari Komunikasi Bahasa Inggris di berbagai lembaga atau instansi baik pemerintah maupun swasta serta himbau semua pihak terutama pemerintah untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia di berbagai kegiatan formal seperti pertemuan atau rapat dinas, pendidikan dan pelatihan, diskusi, seminar, konferensi, penulisan dokumen dan surat-surat resmi baik untuk kepentingan internal maupun external.

PENUTUP
Wacana pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau English as a second language di kota Balikpapan hendaknya dimkanai tidak semata-mata berdasarkan konsep filosofis akademik yang terkandung di dalamnya, tetapi lebih jauh daripada itu, dan ini yang lebih penting, adalah bagaimana menempatkan hal tersebut dalam tataran implementatif yang sesungguhnya. Konsekwensi logis dari hal tersebut adalah bahwa meskipun dalam tataran konseptual terdapat cukup besar jumlah warga kota Balikpapan yang telah memposisikan bahasa Inggris tersebut sebagai bahasa kedua mereka, namun bila dilihat dari sudut pandang implementatif, tingkat penguasaan dan intensitas penggunaan bahasa tersebut masih jauh daripada yang diharapkan.
Mengingat penguasaan bahasa Inggris memiliki peranan yang cukup signifikan dalam berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, dunia kerja, ekonomi, sosial dan budaya baik dalam lingkup komunitas lokal, regional maupun internasional, sebagai kota jasa dan industri serta pintu gerbang Kalimantan Timur bahkan pulau Kaliamantan, pemerintah dan warga kota Balikpapan hendaknya mempersiapkan diri dengan keterampilan komunikasi bahasa Inggris tersebut. Salah satu alternatif yang bisa ditempuh adalah dengan melaksanakan berbagai program strategis dan terencana seperti yang tertuang dalam Strategi Pengimplementasian Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Kedua di Kota Balikpapan.
Dengan melaksanakan program-program tersebut di atas, diharapakan agar pengimplementasian bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di kota Balikpapan dapat direalisasikan dengan segera yang pada akhirnya hal tersebut akan bisa menjadi salah satu keunggulan atau kelebihan yang dimiliki oleh kota Balikpapan guna menciptakan daya saing warganya semakin tinggi. Dengan menguasai dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya, warga kota Balikpapan sesungguhnya telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu bersaing atau setidaknya menjadi bagian dari persaingan tersebut tidak hanya dalam komunitas lokal, regional tetapi juga internasional. Ini semua tentu akan menjadi salah satu kontribusi nyata pemerintah dan masyarakat kota Balikpapan dalam rangka mewujudkan cita-cita mulyanya ; menjadikan warga kota Balikpapan sebagai tuan di negeri sendiri. Semoga !

Balikpapan, 1 April 2006
Penulis,

Syamsul Aematis Zarnuji
Direktur English Training & Testing Center – ETTC Kota Balikpapan
Staf Pengajar Politeknik Balikpapan/SMK Negeri 1 Balikpapan
Telp. +62 542 761941 (office) 877635 (home)
Fax. +62 542 761985
Mob. 0811531471
E-mail : syamsul_etc@yahoo.com

1 comment:

azqya said...

dengan adanya wacana tersebut seharusnya juga didukung dengan banyaknya tempat-tempat kursus yang berbeda, tidak hanya EF atau BIEC yang umum dikenal oleh warga..

belajar b.ing tidak lagi duduk diam dikelas dan belajar grammar dll, tapi lbh interaktif lagi,, seperti pengajaran yang saya kenal 'kuanta'..

sebaikny pelatihan atau kursus2 di bpn lebih menarik dan tidak membosankan